SELAMAT DATANG DI BLOG PUPUT HAJJE PUTRY TAMARA hehehehehehhehehehehheheheh /marquee>

Jumat, 06 Desember 2013

CONTOH KENAKALAN REMAJA


MENGATASI KENAKALAN REMAJA


Cara Mengatasi Kenakalan RemajaCara Mengatasi Kenakalan Remaja

Masa remaja erat kaitannya dan sering sekali dihubung-hubungkan dengan yang namanya kenakalan remaja. Masa remaja secara umum merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Sebenarnya kenakalan remaja itu timbul akibat dari ketidak mampuan anak dalam menghadapi tugas perkembangan remaja yang harus dipenuhi.
Pada masa remaja banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri anak, baik segi psikis maupun fisiknya. Dalam segi psikis bayak teori-teori perkembangan yang memaparkan ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan pada lingkungan. Jika tidak diwaspadai, perubahan-perubahan psikis yang terjadi sebagai tugas perkembangan remaja itu akan berdampak negatif pada remaja. Untuk tugas perkembangan remaja bisa lihat disini


PEMBAHASAN

A.  Pengertian Masalah
Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain.
B.  Ciri-ciri Masalah
Sebuah masalah mempunyai ciri-ciri, Prayitno (1985) mengemukakan ciri-ciri masalah ialah:
  1. Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya.
  2. Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau bagi orang lain.
  3. Ingin (perlu) dihilangkan.
Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri diatas. Suatu masalah dapat juga terjadi pada diri sendiri. Suatu hal, kejadian suasana atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain, dan ingin dihilangkan.
Maka dengan itu, suatu masalah dapat terjadi pada siapa saja, termasuk murid sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan penanggulangannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan baik.
C. Jenis-jenis Masalah Siswa
1. Masalah emosi
Emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampak irasional.Hal ini dapat diliahat dari gejala sepeti mudah marah dan dirangsang, emosimeledak-ledak, dan tidak mampu mengendalikan perasaan. Sekolah sebagailembaga formal bertanggung jawab untuk membantu subjek didik menujukedewasaan. Misalnya dengan pelayanan melalui program layanan informasi,layanan konseling dan layanan bimbingan dan konseling kelompok.
2. Masalah Penyesuaian Diri
Remaja harus menyesuiakan diri dengan lawan jenis baik sesama remajamaupun dengan orang dewasa di luar lingkungan kelurga dan sekolah. Yangmenjadi masalah adalah apabila remaja salah bergaul, misalnya berada dalamkelompok pemkai obat terlarang, minuman keras dan perilaku negative lainnya.Untuk itulah maka sekolah harus membantu dalam penyesuaian dirinya. Melaluipenyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan bakat daan minatbaik lewat kegiatan kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, diharapkan dapatmencegah dan mengatasi kesalahan pergaulan.
3. Masalah Perilaku Seksual
Pada masa ini remaja mulai tertarik pada lawan jenis, bersikap romantis, yangdiikuti keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian lawanjenis. Sebagai akibatnya remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks.Informasi yang tidak tepat dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan.Untuk menanggulangi dan mengatasi masalah itu, sekolah hendaknyamelakukan tindakan nyata, yaitu memasukkan pendidikan seks ke dalam matapelajaran yang bersangkutan, misalnya tentang reproduksi pada pelajaranbiologi, seks yang baik dalam bidang agama, dan lain-lain.
4. Masalah Perilaku Sosial
Tanda-tanda masalah perilaki sosial pada remaja dapat dilihat dari diskriminasiterhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama atau sosial ekonomi yangberbeda. Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut sekolah dapatmenyelenggarakan kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama dan sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswasecara sama dan tidak membeda-bedakan siswa yang satu dengan lainnya.
5. Masalah Moral
Masalah moral remaja ditandai dengan adanya ketidakmampuan remajamembedakan yang benar dan yang salah. Hal ini disebabkan olehketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalamkehidupan sehari-hari.untuk mencegah masalah tersebut sebaiknya sekolahmenyelengggarakan kegiatan keagamaan dan meningkatkan pendidikaan budipekerti.
6. Masalah Keluarga
Sebab umum pertentangan keluarga pada masa remaja adalah standar perilaku,metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, dan sikap yang sangatkritis pada remaja. Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang
D.  Jenis-jenis Masalah Siswa di Sekolah Dasar
Sikap dan perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa puber dan sebagai akibatnya, anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan.
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
  1. kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
  2. ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
  3. sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
  4. kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
  5. bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
E.  Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Adapun masalah-masalah siswa yang umumnya ditemukan dalam proses belajar, yaitu masalah gangguan sosial emosional, berikut beberapa contoh gangguan sosial emosional yang nampak di kelas yaitu :
  1. Anak hiperaktif, anak seperti ini cenderung tidak bisa duduk diam. Ia cenderung bergerak terus-menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lompat, bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka mengganggu temannya bahkan gurunya.
  2. Distractibility child adalah anak yang cenderung cepat bosan. Ia sering kali mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
  3. Poor self concept anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu. Karena itu, ia cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri.
  4. Anak impulsif. adalah anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi pertanyaan di kelas.Namun, jawaban yang diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
  5. Anak destructive behavior siswa yang suka merusak benda-benda yang ada di sekitarnya. Sikap agresif yang negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak seperti ini cepat tersinggung. Ia bertempramen tinggi, yang mengarah kepada perilaku agresif.
  6. Distruptive behavior adalah anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada mengejek, anak ini cenderung menentang guru. Sumpah serapah berupa kata-kata kasar yang tidak sopan kerap terlontar.
  7. Dependency child anak yang selalu bergantung pada orang tuanya. Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani melakukannya sendiri. Ia sangat bergantung pada orang disekitarnya. Sikap orang tua yang terlalu over protective atau sangat melindungi membuat anak sangat tergantung.
  8. Withdrawl, yaitu anak yang mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu.
  9. Learning disability adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
  10. Learning disorder adalah anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf. Anak seperti ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus, seperti anak yang menderita Autism Sectrum Disorder/ASD).
  11. Underachiever, yaitu anak yang mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah. Anak seperti ini sering menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering dilupakan.
  12. Overachiever adalah anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat. Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima kritikkan dari siapapun termasuk gurunya.
  13. Slow learner adalah anak yang sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
  14. Social interseption child adalah anak yang kurang peka dan tidak perduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.
E.  Mengatasi Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah-masalah emosional dan perilaku di kelas adalah dengan mencegah terjadinya masalah ini. Sementara tidak semua masalah emosional dan perilaku dapat dicegah, suatu pendekatan proaktif jauh lebih efekif dibanding dengan cara yang semata-mata hanya merespon terhadap masalah. Cara ini juga memberikan hubungan komunikasi yang saling memuaskan yang mungkin sebelumnya diterima dengan lebih negatif oleh siswa maupun guru.
Beberapa cara yang mungkin dapat meningkatkan perilaku positif siswa :
  1. Memberikan penjelasan dan harapan-harapan pada emosi dan perilaku siswa yang diinginkan sejelas mungkin bagi mereka.
  2. Menunjukkan dan memberi penjelasan pada siswa terhadap hal-hal yang negatif dan tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
  3. Memerikan perhatian dan pengakuan kepada siswa atas sifat-sifat dan prestasi yang positif untuk dinyatakan pada siswa setiap hari.
  4. Memberikan contoh sikap, kebiasaan kerja dan hubungan interaksi dan komunikasi yang positif.
  5. Selalu memberikan motivasi-motivasi positif kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
  6. Mempersiapkan pola pengajaran dan memberikan kurikulum yang tersusun dengan baik, dan cara penyampaian yang efektif, kreatif, yang dapat menjadikan siswa aktif.
  7. Memberikan bimbingan belajar khusus pada siswa yang memang memerlukan.
Tujuan bimbingan belajar ini antara lain :
  1. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
  2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri atau kelompok.
  3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.

Masalah Sosial di Kalangan Remaja Kini Makin Meruncing

Pengenalan

Berbagai ragam krisis akhlak dan moral kini terus menular, merebak dan mewabak dalam masyarakat kita khasnya di kalangan remaja. Daripada kes bosia, hamil luar nikah yang diikuti dengan pembuangan zuriat di dalam tong sampah, penderaan, gengsterisme dan vandalisme, rogol, sumbang mahram, ketagihan dadah, hinggalah kepada mat rempit.
Pelbagai kes jenayah berlaku turut melibatkan kes Juvana. Dalam tahun 1995 ,1,895 kes melibatkan Juvana. Daripada jumlah itu 406 kes curi kenderaan atau (21.42 peratus), lain-lain kecurian 451 kes (23.80%), pecah rumah malam hari 324 kes (17.10%), curi dalam bangunan/orang gaji 277 kes (14.62%), mendatangkan kecederaan 154 kes (8.13%), pecah rumah siang hari 148 kes (7.81%), rogol 70 kes (3.70%) dan samun 58 kes (3.06%). Perangkaan-perangkaan yang menggerunkan ini menyerlahkan kepada kita betapa seriusnya krisis akhlak yang melanda remaja di negara kita ketika ini.

Ternyata bahawa pendidikan moral kita dengan enam belas nilai teras, pendidikan sivik, pendidikan Islam, pendidikan jarak jauh dan sebagainya; masih jauh untuk dapat menangani kegawatan dan kemerosotan dalam bidang ini. Faktor-faktor tertentu seperti mencari kepuasan nafsu, ingin membebaskan diri dari kemiskinan,kongsi gelap, dadah, bertelingkah dengan ibu bapa , gagal dalam peperiksaan , bosan duduk di rumah, trauma akibat perbuatan seks dan sebagainya rupa-rupanya lebih berpengaruh dari asuhan institusi pendidikan yang sedia ada.

Perkembangan akhlak seseorang boleh dibahagikan kepad tiga tahap :a) Tahap awal kanak-kanak
b) Tahap pertengahan dan akhir kanak-kanak
c) Tahap baligh dan remaja

Peringkat pertama

Dalam peringkat ini kanak-kanak mula membentuk keyakinan kepada persekitarannya. Proses ini amat bergantung kepada belaian ibu yang berterusan di mana ibu memenuhi keperluan emosi dan fisiologinya. Hubungan ibu dan anak dalam peringkat ini perlulah dijaga dan perkukuhkan sehingga kanak-kanak mempunyai keyakinan kepada lingkungan dan alam sekitarnya. Anak-anak yang tidak memperolehi perhatian serta kasih sayang ibu dalam tahap ini perkembangan emosional dan fizikalnya mungkin akan terbantut. Anak tersebut kelihatan lebih kecil dari umurnya yang sebenar.

Dalam peringkat 18 bulan hingga 3 tahun kanak-kanak mula beralih daripada bersandarkan kepada ibu semata-mata. Kanak-kanak mula membentuk keperibadiannya tersendiri, di mana ia bertarung untuk memastikan pilihannya sendiri. Dalam peringkat ini ibu wajar memberikan penuh perhatian. Kegagalan kanak-kanak tersebut dalam merealisasikan kemandiriannya menyebabkannya ia akan ragu terhadap dirinya serta kurang yakin dengan kemampuannya sekaligus mengakibatkan berkurangnya keyakinan kepada orang lain. Anak-anak akan bersifat malu dan merasa serba kekurangan.

Keupayaan anak-anak untuk mandiri serta merasakan kewujudan dirinya yang tersendiri cukup penting dalam peringkat ini. Dalam tahap inilah berkembangnya sifat-sifat personal seperti sayang, benci, ego serta kebebasan untuk mengungkap perasaan. Dalam peringkat umur 3 hingga 6 tahun kanak-kanak tersebut terus mengembangkan kemandirian dengan kegiatan yang lebih meluas; di mana mereka lebih aktif bergerak, mempunyai tahap prihatin yang lebih tinggi, banyak bertanya dan bercakap. Ibu bapa dan pengasuh wajar mengarahkan kanak-kanak dengan bijak agar mereka memperoleh kemahiran-kemahiran mengatur dan menyusun sesuatu sehingga kanak-kanak berjaya melaksanakannya. Layanan yang kasar serta kekerasan yang berlebihan boleh menjejaskan jiwa, mental dan fizikal kanak-kanak.

Ibu bapa tidak wajar menganggap kanak-kanak pada peringkat ini seperti orang tua dalam erti kata meletakkan tanggungjawab moral dan akhlak terhadap perbuatan dan reaksinya kerana kanak-kanak masih belum mampu membezakan dengan tepat dan memahami sesuatu. Mereka hendaklah dikasihi, diperlakukan secara lemah lembut dan sikap toleransi. Rasulullah S.A.W. sendiri pernah menunjukkan sifat-sifat yang demikian. Abu Qatabah meriwayatkan pada suatu hari Nabi keluar menemui kami. Beliau mendokong Umamah Abu 'Asr. Beliau bersembahyang sambil mendokong Umamah, apabila Baginda ruku', beliau meletakkan dan apabila ia bangun ia dukung semula Umamah. Hadis ini membayangkan betapa kasihnya Rasulullah kepada cucunya.Beliau tidak memperlakukannya sebagai manusia yang mengerti segala-galanya.Beliau membenarkan anak tersebut bersamanya ketika sembahyang walhal sembahyang itu adalah ibadah yang suci dalam Islam.

Peringkat pertengahan dan akhir kanak-kanak

Dalam peringkat ini kanak-kanak mula memperluas arena hubungan sosial dan pergaulannya dengan orang lain yang sekampung atau sesekolah atau juga rakan sebaya dengannya. Kanak-kanak mula menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru dalam hidupnya. Ia mula membezakan perbuatan dan jenis-jenis tindak tanduk yang disukai oleh orang lain atau sebaliknya. Ia gembira jika orang lain puas dengan perbuatannya. Sebaliknya ia kecewa, menyesal jika orang lain marah kepadanya. Ini adalah permulaannya yang betul bagi proses pembentukan akhlak yang luhur.

Perkembangan akhlak yang positif ini menyebabkan kanak-kanak selalu berusaha untuk menyelaraskan antara kehendak dirinya dengan kehendak orang lain. Antara kecenderungan dan motivasi dengan nilai agama, akhlak, tradisi, guru, peraturan dan undang-undang. Dalam peringkat ini terteralah kesedaran tentang tanggungjawab akhlak dalam diri kanak-kanak sehingga ia mencapai tahap perkembangan akhlak yang ke-3. Dalam peringkat ini ibu bapa dan guru perlu perihatin kepada kecendurangan ini dan amat perlu diarahkan secara yang bijaksana sehingga kanak-kanak dapat memperolehi model yang utama (role model) di samping mengembangkan kearah nilai-nilai kebaikan.

Peringkat yang ketiga iaitu peringkat baligh dan remaja
Perkembangan akhlak pada masa ini mula berakar dan mantap. Fizikal kanak-kanak mula berkembang dan membesar. Perkembangan ini diikuti oleh perkembangan sosioemosinya di mana anak tersebut mula memperolehi keperibadiannya yang unik. Ia mula merasakan 'sense of belonging' kepada kelompok yang lebih besar. Peringkat ini adalah peringkat yang amat komplikated (rumit) dan ia disertai oleh pengalaman-pengelaman baru serta peranan dan peluang-peluang yang baru. Menyerlahnya dorongan kejantinaan semakin merumitkan hubungannya dengan orang lain. Keupayaan fizikalnya semakin kukuh dan mencapah. Tanggungjawab persekolahan ikut bertambah, disiplin hidupnya mula terbentuk.

Kanak-kanak mula berubah menjadi manusia yang berupaya mengawal kehendak nalurinya. Ia mula menundukkan diri kepada contoh utama yang telah terserap jauh dalam batinnya. Ia menjadikan contoh utama tersebut sebagai kriteria dalam tingkah laku dan situasi yang bersifat moral. Ia akan beriltizam dengan saranan-saranan dan contoh yang ditunjukkan sama ada wujud dalam bentuk undang-undang, sistem, adat dan budaya sosial atau ketiadaannya.

Kesempurnaan perkembangan akhlak berkaitan dengan kesempurnaan perkembangan akal, kejiwaan dan sosial. Huzaifah meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda : "Janganlah kalian menjadi pak turut. Kalian menyatakan kalau orang lain buat baik kalian buat baik. Kalau mereka jahat kalian buat jahat. Akan tetapi mantapkanlah pendirian kalian. Jika orang baik kalian wajar berbuat baik. Jika mereka melakukan kejahatan janganlah pula kalian melakukan."
Pembentukan Akhlak Remaja Islam
Pembentukan akhlak di dalam Islam dimulai dengan pengukuhan akidah melalui ikrar bahawa tidak ada Tuhan sebenarnya yang disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Bagi kanak-kanak yang baru lahir pendedahan ini dimula dengan azan dan iqamat. Dalam peringkat berikutnya kanak-kanak dilatih dengan budaya hidup beragama Islam oleh ibu bapanya . Apabila lidah anak-anak sudah boleh bertutur mereka dilatih menyebut nama Allah dan beberapa ayat ringkas seperti:

وَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنْ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا(111)
Dan katakanlah: "Segala puji tertentu bagi Allah yang tiada mempunyai anak, dan tiada bagiNya sekutu dalam urusan kerajaanNya, dan tiada bagiNya penolong disebabkan sesuatu kelemahanNya; dan hendaklah engkau membesarkan serta memuliakanNya dengan bersungguh-sungguh!"

atau doa kepada ibu bapa:

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنْ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا(24)
dan lain-lain.

Pengungkapan syahadat sebagai suatu proses pembangunan akhlak bergandingan dengan tujuh syarat yang mustahak dipenuhi seperti mana yang disebutkan oleh Saikh Yusuf al-Badri:

a) Ilmu yang menafikan kejahilan
b) Kecintaan kepada Allah yang menafikan kecintaan kepada yang lainnya
c) Keyakinan yang menafikan keraguan
d) Penerimaan yang menafikan penolakan
e) Kepatuhan yang menidakkan keingkaran
f) Keikhlasan yang menafikan kesyirikan
g) Kejujuran yang menafikan sifat mendustakan 
atau sekadar berlakon.

Pemantapan kalimah tauhid ini bermakna pendidikan membentuk pemikiran, perasaan serta penanaman nilai-nilai keimanan yang dinyatakan oleh Rasulullah sebagai 60 atau 70 lebih cabang dalam diri umat Islam. Sesungguhnya kesedaran manusia tentang kewujudan, kebesaran, kekuasaan dan keesaan Allah s.w.t. tentunya akan menimbulkan keperihatinan yang tinggi terhadap arahan-arahanNya.

Dalam konteks yang sama, perkara utama yang perlu dilakukan oleh seorang muslim ialah memastikan dirinya bersih dari kekufuran atau tanda-tanda kekufuran kepada Allah dan Rasulnya; iaitu samada menafikan perkara-perkara asas agama, atau melakukan perkara-perkara yang membatalkan syahadat. Kemudian, ia harus memastikan dirinya terlepas dari sifat-sifat kemunafikan, samada yang bersifat tanggapan mahupun yang bersifat amalan. Kemunafikan dalam tanggapan umpamanya, meyakini sesuatu yang bercanggah dengan hakikat Islam yang sebenar walhal lidahnya mengatakan ia menurut Islam yang sebenar. Kemunafikan dalam amalan ialah melakukan akhlak-akhlak orang yang munafik seperti tidak mematuhi janji, membiasakan diri dengan berdusta dan bersifat khianat. Ia hendaklah memastikan dirinya bersih daripada kefasikan atau penderhakaan kepada Allah. Tidak melakukan apa yang dilarang oleh Allah. Tidak menyalahi perintah Allah. Manusia muslim mesti menghindarkan diri dari segala kejahatan ; lahir dan batin.

Pembangunan akhlak bermula dengan perlaksanaan :
1- solat.
2- zakat dan infak.
3- puasa.
4- haji.
5- membaca al qur'an.
6- zikir.
7- memikirkan penciptaan allah.
8- mengingati mati dan memendekkan angan-angan.
9- muraqabah, muhasabah, mujahadah dan mu'atabah.
10- jihad, amal makruf dan nahi mungkar.
11- dedikasi dan bersifat tawadduk.
12- mengenali tipu daya syaitan terhadap manusia serta menangkis dan menutup laluannya.
13- mengenal jenis-jenis penyakit hati serta mengetahui cara-cara merawatnya.

Bagaimana Membangunkan Akhlak Umat Islam

Menurut Syaikh Abdul Rahman al Midani; akhlak manusia memang boleh berkembang dan boleh dibentuk dengan berbagai cara. Antara cara-cara tersebut ialah melalui:

a- Latihan Amali Dan Amalan-Amalan Menjernihkan Batin
Pendidikan akhlak tidak hanya melalui penjelasan mengenai nilai-nilai akhlak kepada masyarakat di mana mereka boleh memilih dan menghargai nilai-nilai tersebut tetapi juga pendidikan akhlak boleh dibuat berdasarkan latih tubi, perlaksanaan atau penghayatan yang berterusan umpamanya. Walaupun di peringkat awal ia dilaksanakan kerana arahan atau tekanan dari luar, namun lama kelamaan ia akan menjadi kebiasaan dan tabiat. Manusia sememangnya berupaya memperolehi akhlak atau sifat yang mulia melalui pendekatan ini. Rasulullah s.a.w. bersabda ( maksudnya ) :

"Suruhlah anak kalian bersembahyang ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kerana meninggalkannya ketika umur mereka ( menjangkau ) sepuluh tahun.

Seandainya sembahyang boleh dibiasakan sejak dari kecil , maka puasa, zikir dan tilawatul Qur'an pun boleh diamalkan sejak dari kecil dan secara berterusan; sehingga menjadi amalan yang lazim dan budaya hidup. Amalan amalan ini pastinya lambat-laun akan menjadi adat atau kebiasaan seseorang.

b- Meletakkan Diri Dalam Lingkungan Persekitaran Yang Soleh

Persekitaran sosial dan budaya kerap mempengaruhi manusia. Persekitaran tersebut merangkum tradisi, model tingkah-laku dan saranan serta rangsangan yang bersifat akhlak. Manusia memang sering terpengaruh kepada persekitarannya; dengan cara meniru serta mencontohifigure yang disanjungi oleh mereka. Kewujudan seseorang dalam lingkungan masyarakat yang baik serta soleh sudah tentu akan menyebabkan ia beriltizam dengan amalan dan etika yang dihayati oleh kumpulan tersebut. Ia akan berusaha melaksanakan sesuatu yang disanjungi oleh masyarakatnya. Sebaliknya, perbuatan yang dianggap keji oleh lingkungannya, ia akan berusaha sedaya upaya untuk menghindarinya.
Dalam kontek menegaskan kesan lingkungan ini Allah SWT berfirman:
وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ
Maksudnya :
"Negara yang baik (makmur) akan menampilkan hasil mahsulnya ( yang baik dan sihat) dengan izin tuhannya, manakala negara yang buruk, tidak akan dapat menghasilkan kecuali pengeluaran yang buruk. Demikianlah Kami ajukan tanda-tanda kebesaran Kami kepada kaum yang bersyukur."
Surah al 'Araf, ayat 58 :

Masyarakat yang buruk ialah masyarakat yang tidak melaksanakan syariat Allah. Mereka menguatkuasakan peraturan dan undang-undang ciptaan manusia yang menyimpang dari jalan Allah yang lurus. Dengan demikian, warganya sudah pasti akan berkembang di dalam masalah sosial yang tidak sihat. Mereka akan terpengaruh dengan gejala-gejala kejahatan yang berkembang pesat dalam masyarakat yang dilanda oleh fenomena moral berkenaan.


c-Qudwah Hasanah

Manusia juga dipengaruhi oleh idolanya. Idola tersebut kerap menjadi rol model dalam kehidupan mereka. Manusia yang berperanan menjadi rol model tersebut antara lain ialah tokoh politik, artis, seniman, atlit sukan, ibu bapa, guru dan sebagainya. Meskipun Rasulullah adalah qudwah yang paling ideal bagi umat Islam, namun penghayatan nilai-nilai yang dibawa oleh Rasulullah hendaklah dipaparkan oleh golongan idola berkenaan. Mereka sewajarnya sentiasa berusaha menunjukkan contoh dan teladan yang terpuji agar dapat ditiru oleh generasi muda. Penghayatan golongan idola tersebut terhadap nilai-nilai yang luhur dan utama pasti akan mengukuhkan keyakinan generasi baru bahawa keutamaan dan keluhuran memang sebenarnya boleh dilaksanakan. Ia bukan zaman dahulu kala atau idealisme khayalan belaka; tetapi malah ianya suatu realiti yang tentunya boleh dicontohi dan direalisasi oleh generasi masa kini.
Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Bermaksud;
"sesungguhnya Rasulullah itu bagi kamu adalah contoh ikutan yang baik untuk mereka yang mengharapkan Allah, mengharapkan ( ganjaran ) hari akhirat dan mereka yang kerap mengingati Allah." Surah al Ahzab, ayat 21.


d- Tekanan Sosial Dari Masyarakat Islam

Antara mekanisme yang digunakan oleh Islam dalam membentuk penganutnya serta memastikan mereka melaksanakan tata kelakuan berakhlak ialah wujudnya komuniti sosial yang komited dengan dasar dan prinsip-prinsip Islam. Masyarakat Islam yang mempunyai impak yang besar dan pengaruh yang kuat dalam memaksa individu mengamalkan atau menurut nilai dan norma-norma akhlak. Mereka boleh melaksanakan tekanan moral yang berkesan untuk mendisplinkan golongan yang berkecenderungan untuk melakukan kejahatan. Manusia memang suka dipuji, dihormati dan disanjung. Manusia juga takut dikeji dan dicemuh oleh kumpulan di mana ia mempunyai sense of belonging kepada mereka. Faktor-faktor tersebut adalah anak kunci yang sedikit sebanyak menentukan tindak-tanduk seseorang. Masyarakat Islam yang aktif boleh berperanan menyuburkan semangat dan amalan hidup berakhlak. Ia juga boleh membendung trend-trend kufur dan maksiat dalam masyarakat melalui perlaksanaan amal mak'ruf dan nahi mungkar. Apabila masyarakat kehilangan keprihatinannya terhadap kewajipan menegakkan makruf dan mencegah yang mungkar, maka bermulalah proses penghakisan moral, akhlak dan martabat umat berkenaan.

e- Kuasa Negara Islam melalui sistem keadilan dan galakannya

Tuntutan akhlak dan nilai-nilainya tidak akan bermaya tanpa digandingi oleh kuasa atau autoriti yang menguatkuasakan nilai-nilai tersebut. Oleh kerana itu, antara tanggungjawab negara Islam ialah mewujudkan mekanisme dan jentera-jentera pentadbiran yang dapat beroperasi untuk memastikan ketertiban serta penghayatan kaedah-kaedah akhlak dalam masyarakat. Jika negara tidak melaksanakan amanah ini kerana ia tidak berlandaskan sistem perlembagaan dan undang-undang Islam sudah pasti keadaan akhlak umat akan lebih parah dan malang.Melalui puluhan kementerian, badan-badan berkanun, agensi-agensi kerajaan akhlak akan digugat dan dihakis. Amalan pemerintahan yang tidak adil menjanjikan kemusnahan bukan hanya dalam bidang akhlak tetapi juga dalam semua hal.
Selain dari apa yang telah dinyatakan di atas maka akhlak juga boleh dibentuk oleh media massa, sekolah, rakan sebaya, masjid atau surau dan sebagainya. Untuk lebih jelas ada baiknya kita terangkan satu persatu peranan tersebut :

f - Peranan Media Massa

Media massa merupakan satu mekanisme yang mempunyai pengaruh yang amat besar dan berkesan di dalam pembentukan keperibadian manusia. Ia merupakan agen sosialisasi dan memainkan peranan penting di dalam menanam dan menggalakkan amalan-amalan berakhlak di dalam masyarakat. Media massa mampu mencorakkan hati budi, mentaliti dan sahsiah umat khasnya yang beroperasi 24 jam. Media massa tersebut perlu bebas dari cengkaman faham sekularisme, budaya komersial yang melampau, faham kebendaan dan dorongan untuk hidup secara mewah dan berpoya-poya. Media massa hendaklah mempunyai asas falsafah dan dasar-dasar komunikasi yang selaras dengan nilai-nilai akhlak Islam. Para petugas media massa hendaklah meningkatkan rasa akauntabiliti, tanggungjawab dan kewajipan mereka untuk memihak dan menegakkan nilai-nilai luhur seperti kebenaran, kejujuran dan sebagainya.

Para pengguna media massa terutama golongan yang bertanggungjawab seperti ibubapa, guru, pemimpin politik dan pentadbir hendaklah lebih bijaksana dalam mengarah, membimbing, meningkatkan rasionaliti, kematangan dan kewaspadaan serta keupayaan memilih siaran yang lebih bermanfaat untuk ditontoni oleh anak-anak atau orang-orang yang di bawah jagaan mereka. Media massa juga sebenarnya boleh menjadi wahana "cultural domination dan imperialisme" melalui berbagai saluran teknologi maklumat yang canggih seperti internet, multimedia dan sebagainya.


g - Peranan Sekolah

Sekolah mempunyai fungsi yang tersendiri dalam mendidik generasi baru dengan akhlak Islam. Antara lain sekolah boleh :
1. Menggandakan keberkesanan institusi pendidikan, menambahkan produktivitinya, meningkatkan kewibawaannya di kalangan setiap anggotanya baik mereka itu pelajar atau petugas.
2. Memperbaiki suasana persekolahan, mendaulatkan undang-undang atau peraturan Islam khasnya yang berkaitan dengan persekolahan, memperbaiki hubungan antara sesama anggota sekolah atau institusi.
3. Memancangkan dengan teguh akan nilai-nilai murni dan akhlak yang baik seperti ketaatan atas dasar kesedaran menghormati peraturan dan pihak yang berwewenang, menjaga perasaan orang lain, menjaga standard layanan dalam berinteraksi, berkorban untuk kepentingan ramai, bekerjasama, melakukan self criticism, mengawal diri, menghargai ilmu, menghormati ulama' dan sebagainya.
4. Membaiki prestasi persekolahan murid-murid dari segi kualiti dan kuantiti, mendidik mereka dari segi agama, akhlak dan sosial secara wajar dan sihat, mempersiapkan mereka agar dapat memikul tugas dan tanggungjawab yang bakal mereka hadapi; di samping melatih mereka menghukum atau menilai diri sendiri sebagai seorang yang berfikiran matang dan bebas.

Para pelajar di sekolah hendaklah dilatih supaya merendah diri dan memuliakan orang yang mereka bergaul dengan mereka. Mereka hendaklah digalakkan lebih suka memberi dari menerima. Dalam sanubari mereka patut dicambahkan keinsafan bahawa tangan yang memberi lebih utama dari tangan yang menerima. Disuburkan pula perasaan zuhud dalam hatinya dan di asuh agar tidak menjadi mata duitan.

Mereka harus juga diasuh supaya tidak meludah dalam majlis atau berkahak, tidak menguap besar di hadapan orang, tidak meletakkan kaki di atas sebelah kaki yang lain serta tidak membanyakkan cakap. Anak-anak harus digalakkan tidak banyak bercakap kecuali sekadar menjawab. Mereka harus dilatih pandai mendengar tuturan orang, lebih-lebih lagi jika orang yang bercakap itu lebih tua daripadanya.

Mereka mesti ditegah mengucapkan kata-kata kesat, atau bergaul dengan orang-orang yang celupar. Justeru antara kaedah mendidik anak-anak ialah melindungi mereka dari rakan-rakan yang jahat. Selain dari itu elok juga selepas belajar mereka dibenarkan bermain-main untuk menyegarkan tubuh mereka setelah penat belajar. Mereka hendaklah diasuh supaya patuh kepada ibu bapa, guru dan menghurmati mereka.

Selain dari latihan serta disiplin seperti di atas, pelajar harus juga dilatih menghargai tugas dan tanggung jawab dengan cara yang bijak, lemah-lembut tanpa terburu-buru melaksanakan kekerasan atau pemaksaan melalui penderaan. Kepatuhan yang lahir dari keinsafan dan kesedaran batin biasanya lebih berkesan dan mantap. Bagi seorang pendidik menggunakan tindakan menghukum biarlah terhadap perkara yang paling akhir dalam fikirannya; samada mereka golongan guru atau bapa. Bahkan apabila hukum hendak dikenakan kepada murid biarlah sekadar yang perlu sahaja.

Bimbingan dan nasihat yang lemah lembut tetapi tegas kadang-kadang lebih meninggalkan kesan di dalam hati serta dipatuhi. Hukuman atau penderaan bukanlah langkah utama yang merupakan satu-satunya penyelesaian. Penderaan adalah langkah terakhir apabila contoh yang baik, nasihat dan hubungan kasih sayang antara anak dan bapa atau guru tidak mampu lagi untuk digunakan.

Rasulullah bersabda yang bermaksud :
"Suruhlah anak-anak kamu menunaikan solat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka ( kerana enggan sembahyang ) apabila umur mereka sepuluh tahun". (Hadith diriwayatkan oleh Abu Daud).

Demikianlah dalam Islam pembelajaran tidak dimulai dengan rotan atau hukuman. Malah di dahului oleh berbagai cara dan pendekatan untuk memupuk kebiasaan dan akhlak yang terpuji seperti melatih bersembahyang dengan menggunakan kecenderungan meniru yang menjadi pembawaan kanak-kanak dan dengan rasa yang penuh kasih sayang dari orang dewasa. Misalnya dengan memaparkan contoh, nasihat, perkataan yang baik, teguran yang lemah lembut tetapi tegas dan sebagainya. Sekiranya cara-cara tersebut gagal barulah dikenakan sedikit kekerasan yang bertujuan mendidik bukan yang menimbulkan kecacatan fizikal dan sebagainya.

Firman Allah :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنْ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
"Dengan rahmat ALlah kepadamu itu maka engkau berlemah lembut menghadapi mereka. Seandainya hatimu keras dan (sikapmu) kasar nescaya mereka bubar dari sekelilingmu.
(Surah Ali Imran : ayat 159)

Satu hakikat pembelajaran yang lumrah di sekolah ialah murid kerap dipengaruhi oleh sifat, kebiasaan dan akhlak guru. Sekiranya guru mempunyai akhlak yang baik murid ikut terpengaruh dengan akhlak ini. Demikianlah sebaliknya. Pandangan negatif murid bukan setakat terhad kepada guru tetapi juga mungkin menjangkau kepada pelajaran, kepada sekolah dan seterusnya kepada sistem persekolahan keseluruhannya.

Displin sekolah hendaklah dilaksanakan dengan semangat kerjasama. Guru besar, nazir, guru, murid malah ibubapa hendaklah sama-sama berperanan. Ini bermakna harus ada penerimaan dan permuafakatan tentang polisi dan cara-cara merealisasikannya seboleh-bolehnya dari semua pihak agar masing-masing melindungi dan mempertahankannya.

Usaha mengatasi masalah di sekolah hendaklah dengan menghapuskan sebab-sebab pokok atau punca dari mana datangnya permasalahan itu. Ini termasuk menghapuskan suasana yang membantu atau menyokong salah laku dari murid . Di samping itu juga penyelesaian boleh di usahakan dengan mengambil langkah pencegahan dan mengujudkan suasana yang lebih positif. Ini di dasarkan kepada prinsip "mencegah lebih baik dari merawat".

Antara langkah-langkah yang boleh dilakukan oleh sekolah dalam membangun akhlak ialah dengan mengadakan kempen menyedarkan murid tentang keperluan menghormati disiplin sekolah, menerangkan tentang mengapa suatu disiplin itu dibuat dan memperbanyakkan aktiviti sekolah dengan mempelbagaikannya, menggunakan atau memenuhi masa lapang murid, menghubung-kaitkan sukatan pelajaran dengan keperluan diri dan masyarakat mereka dan langkah-langkah yang lain.


h - Peranan rakan sebaya

Antara agen sosial yang berpengaruh di dalam membentuk sikap dan akhlak individu ialah rakan sebaya. Rakan sebaya merupakan kelompok rujukan bagi remaja di dalam tingkah laku mereka. Perasaan "sense of belonging" kepada kumpulan adalah suatu yang lumrah. Remaja akan mengubahsuai dan mengadaptasikan nilai-nilai rakan sebayanya untuk mendapat penerimaan dan pengakuran mereka. Remaja memang menyedari adanya jurang generasi antara mereka dengan kumpulan dewasa dan mereka sering berhadapan masalah dalam mewujudkan hubungan dengan generasi yang lebih tua. Kajian yang dilakukan oleh Lambert dan rakan-rakannya ( 1972 ) menunjukkan remaja menghadapi berbagai konflik apabila mereka berusaha merentasi jurang generasi( generation gap ) tersebut antara pemikiran mereka dan pemikiran ibubapa mereka.

Kajian menunjukkan bahawa masalah remaja lelaki dan perempuan adalah :
1. kesukaran untuk membincangkan permasalahan mereka dengan para ibubapa mereka dan para penjaga mereka
2. kesukaran untuk memberitahu ibubapa dan penjaga mereka mengenai apa yang mereka lakukan
3. wujudnya jarak yang agak lebar antara jalan fikiran mereka dengan jalan pemikiran ibubapa dan penjaga mereka. 

Oleh kerana itu golongan remaja umpamanya sering merujuk rakan sebaya dan kelompok sosial tertentu untuk mendapat bimbingan ke arah menyelesaikan masalah mereka. Kesilapan di dalam memilih kelompok rakan setara samada bersahabat dengan penagih dadah, kutu lepak, gangster atau kumpulan samseng, bohsia dan sebagainya pasti akan mengakibatkan kemusnahan akhlak golongan remaja dan dewasa .
i - Peranan rumah ibadah
Bagi umat Islam, rumah ibadat yang paling penting ialah masjid. Di sinilah umat Islam sering berkumpul untuk menyembah Allah secara berjamaah. Sebab itulah di mana sahaja dalam negara umat Islam; bahkan di kota-kota besar dunia kedapatan bangunan masjid yang berbagai bentuk dan rupa. Ada yang kecil dan ada pula yang besar. Masjid sentiasa menjadi lambang kemegahan umat dan pemerintah Islam. Sebagai tempat ibadah masjid mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam meneruskan penghayatan nilai-nilai akhlak dalam masyarakat Islam. Kelangsungan budaya, cara hidup dan syiar Islam lumrahnya diperkukuhkan oleh institusi ini. Sebab itu perkara pertama yang dilakukan oleh Rasulullah S.A.W ketika baginda berhijrah ke Madinah al Munauwarah ialah membina Masjid Quba' dan Masjid Nabawi.

Ilmu yang dipelajari di masjid pada masa dahulu bersepadu dengan nilai tauhid, ruh Islam dan akhlak . Ia mengimbaukan ketakwaan dan mengukuhkan ubudiah manusia kepada Allah . Ilmu yang dipelajar membawa berkat dan meningkatkan ciri khasyatullah atau takut kepada Allah. Sebab itu lahir para ulama dan ilmuan yang jujur, soleh dan dedikasi. Apabila semangat dan imbauan seperti ini sudah tiada lagi ilmu disalut dengan semangat kebendaan dan keserakahan manusia. Sebab itu muncullah ilmuan-ilmuan sekular yang amat benci kepada Islam dan ajaran Allah itu sendiri .

Ada berbagai bentuk kegiatan keilmuan, kebudayaan dan kemasyarakatan yang boleh dijalankan di dalam atau di pekarangan masjid untuk tujuan mengukuhkan akhlak dan sahsiah umat . Antaranya ialah:
1. Kelas Fardu Ain
2. Kelas Tajuid & Qiraat.
3. Kelas Bimbingan Remaja.
4. Kelas Bahasa Arab.
5. Ceramah Berkala.
6. Seminar Motivasi dan Pembentukan Syakhsiah.
7. Kursus Rumahtangga Bahagia.
8. Kursus Pengurusan Jenazah.
9. Madrasah atau Sistem Pengajian Formal.
10. Kursus Dakwah dan Imamah.
11. Acara Tadarus al-Quran.
12. Khemah Ibadan & Qiamullail.
13. Kursus Pengurusan Masjid.
14. Kegiatan Amar Ma'ruf & Nahi Munkar.
15. Seminar Pengurusan Sumber Masjid.
16. Kempin Memakmurkan Masjid.
17. Membentuk organisasi Belia Masjid ( Rakan Masjid )

Seluruh agensi sosial, Jentera Kerajaan, Kementerian dan Badan-badan Berkanun, NGO dan Badan-badan Korporat, swasta dan awam hendaklah digembling untuk bersama-sama berperanan meningkatkan kualiti akhlak umat samada dengan mengadakan kempen hidup beretika dan berakhlak atau melancarkan buku-buku rujukan yang menjelaskan nilai-nilai akhlak tersebut dan sebagainya.

Rumusan

Gagasan dan tugas untuk membangun, memupuk dan meningkatkan mutu akhlak umat khasnya di kalangan remaja adalah suatu tanggungjawab besar. Ia tidak dapat dilakukan dengan jayanya kecuali oleh manusia yang berjiwa besar dan mempunyai kualiti kemanusian yang tinggi. Ia harus bermula dengan melahirkan para pemimpin umat yang berakhlak, beriman dan bertakwa. Pemimpin yang mempunyai iltizam yang tidak berbelah bagi kepada set-set nilai akhlak Islam, mempunyai kerohanian yang amat tinggi, mewarisi ciri perjuangan Rasulullah yang diutus untuk membangun akhlak dan keluhuran akan beroleh kedudukan dalam pemerintahan lantas memastikan semua umat menunaikan solat, mengeluarkan zakat, menyuruh yang makruf, mencegah yang mungkar, menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Allah, mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah. Mereka menguatkuasakan sistem hidup Islam yang memang membela akhlak. Mereka melaksanakan undang-undang Allah yang sebenarnya memang melindungi nilai dan norma akhlak dalam masyarakat.

Dengan adanya pemimpin yang soleh dan bertakwa seluruh agen sosialisasi dan jentera kerajaan akan menghala ke arah yang sama. Rakyat akan terbentuk oleh media yang beretika dan berakhlak. Pengaruh luar yang buruk akan disekat samada dalam rancangan tv, filem, internet maupun apa jua pengaruh lain yang mengancam jatidiri dan maruah umat. Dasar-dasar kementerian dan agensi pembangunan masyarakat akan selaras dengan tuntutan nilai dan tatanan akhlak. Tidak berlaku proses pertentangan antara kerja membangun dan merosak akhlak serentak dalam jentera-jentera berkenaan.

Agenda-agenda khusus menangani gejala keruntuhan dan kemorosatan akhlak akan disusun dengan lebih berkesan dan menyeluruh. Segala-galanya akan dimanfaatkan dalam menjana kekuatan untuk meningkatkan mertabat umat dalam segala bidang.Kebenaran keadilan dan ihsan akan didaulatkan . Manusia diasuh kembali menjadi hamba Allah yang ta'at dan bukan hamba benda, wang, pembangunan, bangsa atau negara. 
Semoga semua langkah-langkah yang dicadangkan di atas dapat membantu mengatasi masalah keruntuhan akhlak yang semakin berleluasa, khasnya di kalangan remaja kita dewasa ini..
 

FAKTOR-FAKTOR KENAKALAN REMAJA

aktor-faktor terjadinya kenakalan remaja Tinggalkan komen Go to comments faktor-faktor yg menyebabkan remaja mengalami penyimpangan prilaku atau di sebut sebagai kenakalan remaja adalah : faktor intrinsik faktor ektrinsik faktor intrinsik adalah faktor dari dalam orng itu sendiri, dimana mnyangkup sosio emosional dan karakteristik orng tersebut. sedangkan faktor ektrinsik adalah faktor dari luar orang itu sendiri, yaitu : 1. kurangnya kasih sayang orang tua. 2. kurangnya pengawasan dari orang tua. 3. pergaulan dengan teman yang tidak sebaya. 4. peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif. 5. tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah. 6. dasar-dasar agama yang kurang. 7. tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya – kebasan yang berlebihan

ARTIKEL KENAKALAN REMAJA

Kenakalan Remaja Atau Kenakalan Orang Tua Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Para pakar psikolog selalu mengupas masalah yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus. Sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semkain lancar, cepat dan mudah. Dunia teknologi yang semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas diberbagai lapisan masyarakat. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada." (sumber Whandi.net/1 jan 1970). Kenakalan remaja, merupakan salah si anak? atau orang tua? Karena ternyata banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka hanya menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan batinnya. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu ketika berbicara masalah kenakalan remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari kenakalan seorang remaja selalu dikristalkan menuju faktor eksternal lingkungan yang jarang memerhatikan faktor terdekat dari lingkungan remaja tersebut dalam hal ini orangtua. Kita selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang. Ketika kita berbicara mengenai iman, kita mempersoalkan nilai dan biasanya melupakan sesuatu, yaitu pengaruh orangtua. Didikan orangtua yang salah bisa saja menjadi faktor sosiopsikologis utama dari timbulnya kenakalan pada diri seorang remaja. Apalagi jika kasus negatif menyerang orangtua si remaja, seperti perselingkuhan, perceraian, dan pembagian harta gono-gini. Mungkin kita perlu mengambil istilah baru, kenakalan orangtua. Orang tua, sering lupa bahwa prilakunya berakibat pada anak-anaknya. Karena kehidupan ini tidak lepas dari contek-menyontek prilaku yang pernah ada. Bisa juga karena ada pembiaran terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan, sehingga yang salah menjadi kebiasaan. Para orang tua jangan berharap anaknya menjadi baik, jika orang tuanya sendiri belum menjadi baik. Sebenarnya nurani generasai ingin menghimbau “Jangan ajari kami selingkuh, jangan ajari kami ngomong jorok, tidak jujur, malas belajar, malas beribadah, terlalu mencintai harta belebihan dan lupa kepada Sang Pencipta, yaitu Allah.� Tulisan ini mencoba mengajak merenung bagi kita para orangtua, bahwa kenakalan tak selalu identik dengan remaja, tapi justru banyak kenakalan yang dilakukan oleh para orangtua (di rumah, di masyarakat, dan di pemerintahan) yang akhirnya juga menjadi inspirasi remaja untuk berbuat nakal. Menyedihkan memang! (sumber O. Solihin) Kenakalan orangtua dalam ikatan keluarga Contohnya seperti : Suka berkata-kata kasar, suka menghujat atau memaki, mengajari anak untuk melakukan perlawanan ketika anak diganggu orang lain, suka menyakiti anak secara fisik dan psikis, merokok seenaknya di depan anak-anak, dl (masalah akhlak). Mengabaikan pelaksanaan syariat, sholat misalnya, banyak juga kita orang tua yang mengabaikan sholat, melalaikan sholat, bahkan tidak pernah sholat, membiarkan anak-anak gadisnya tidak menutup aurat, membiarkan anak-anaknya bergaul bebas (pacaran), membiarkan anak-anaknya minum-minuman keras, dll. Kenakalan orangtua di masyarakat Contohnya seperti : Menciptakan suasana yang tidak produktif (bapak-bapaknya), misalnya waktu pagi, siang dan malam suka nongkrong sambil main gaple, atau main catur, walau tidak pakai uang, ini sama saja artinya tidak menjaga kehormatan diri, apalagi kehormatan keluarganya (istri dan anak-anaknya)? Sedangkan yang ibu-ibunya suka ngumpul sambil berghibah atau memfitnah, menghambur-hamburkan uang dengan gaya hidup yang konsumtif yaitu belanja di mall atau supermarket, bergaya hidup mewah. Menyediakan sarana kemaksiatan, ini misalnya, jadi bandar narkoba, jadi bandar judi, menyediakan tempat hiburan (diskotik). Pendidik yang lalai, ini bisa kita lihat di sekolah atau di kampus, padahal lembaga pendidikan adalah tempat yang aman untuk menimba ilmu pengetahuan atau belajar, tapi kenyataannya banyak pendidik yang memberikan contoh yang tidak baik terhadap anak didiknya, misalnya melakukan perbuatan asusila, menganiaya anak didiknya secara fisik, menjual ilmu demi keuntungan materi atau sering melakukan dosa pendidikan. Menjadi pemilik media massa (baik cetak maupun elektronik: koran, majalah, tabloid, radio, televisi, dan juga internet) yang ‘hobi’ menampilkan bacaan, gambar dan tontonan yang merusak akhlak (pornografi, kekerasan, dan seks bebas) yang berlindung atas nama bisnis. Kenakalan orangtua di pemerintahan Contohnya seperti : Suka korupsi, mengambil kebijakan menaikkan biaya pendidikan, menaikkan harga BBM, mahalnya biaya kesehatan, suka membuat janji-janji tapi lalu melupakannya, suka melakukan pungli atau suap menyuap. Suka melanggengkan kemaksiatan, memberi izin untuk usaha prostitusi/lokalisasi, perjudian, tempat diskotik, pabrik minuman keras, dengan dalih besar pemasukannya. Menutup mata terhadap problem yang diakibatkan usaha prostitusi, perjudian, narkoba, peredaran minuman keras, diskotik, dll. Menerapkan aturan kehidupan yang tidak benar dan tidak baik, yakni Kapitalisme-Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-Komunisme). Marilah kita uraikan satu persatu petuah atau nasihat-nasihat yang kita berikan sebagai orangtua kepada anak-anak kita padahal kita melakukan dan tidak melakukannya : Kita melarang anak kita berbicara kasar, padahal kita sering berkata-kata kasar pada anak kita. Kita melarang anak kita tawuran atau ringan tangan, padahal kita sering menganiaya mereka anak-anak kita secara fisik, kita suka berkelahi di depan anak-anak kita, suka adu jotos di forum terhormat gedung lembaga legislatif ketika bersidang karena merasa tidak sepaham, yang di saksikan anak-anak kita langsung lewat televisi. Kita melarang anak kita berbohong atau jujur, padahal sudah berapa kebohongan yang kita ciptakan kepada anak-anak kita. Kita melarang anak kita mengkonsumsi narkoba, padahal kita sendiri adalah pemakai dan bandar narkoba itu sendiri. Kita melarang anak kita bergaul bebas atau pacaran, padahal kita sendiri juga melakukan hal yang sama bergaul bebas baik dilingkungan masyarakat, maupun lingkungan kantor yang terkenal dengan nama selingkuh. Kita melarang anak-anak kita minum-minuman keras dan berjudi, padahal kita adalah bandar judi dan pemilik pabrik menuman keras serta peminum dan penjudi. Kita melarang anak kita merokok, padahal dirikita sudah sering membakar uang, dengan merokok di depan mata mereka, dan kita juga menjual rokok dan pemilik pabrik rokok. Kita marah ketika anak kita tidak sholat, atau beribadah, padahal kita suka melalaikan bahkan tidak menunaikan kewajiban sholat. Kita menghimbau agar anak-anak kita jangan mengkonsumsi tayangan yang pornografi, padahal dirikita sering menonton tayangan, membaca, mengakses situs-situs porno tersebut, bahkan kitalah yang memiliki media cetak, penulis naskah, membeli media-media pornografi tersebut. Kita melarang anak-anak kita untuk menonton televisi terus menerus, padahal kita pengkonsumsi paling utama siaran televisi sampai tidak tidur. Kita sering menasehati anak-anak kita untuk tidak berghibah atau memfitnah oranglain, padahal dirikitalah yang suka berghibah dan memfitnah itu. Kita marah ketika tahu anak-anak kita sering nongkrong dan keluar malam, padahal kita juga melakukan hal yang sama, terkadang waktu shubuh baru pulang ke rumah. Kita menasehati anak kita agar rajin sekolah, tetapi kita juga malas bekerja, bahkan sering mangkir dari kantor. Kita mengeluhkan mengapa anak kita malas membaca, padahal kita juga sangat jarang memiliki kebiasaan membaca. Kita sering mengajari mereka anak-anak kita untuk tidak melawan kepada orangtuanya, padahal kita dulunya juga suka melawan orangtua kita. Kita marah ketika tahu anak kita suka mencuri, padahal kita sering mencuri uang negara, atau sering mendapatkan rejeki yang tidak halal. Dan banyak lagi kenakalan-kenakalan yang kita lakukan sebagai orangtua, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kita tidak termasuk dan tidak pernah melakukan kenakalan seperti yang diuraikan diatas. Amin. Jadi apa yang salah dengan kenakalan anak atau remaja, tidakkah ia sangat berbanding lurus dengan kenalan kita sebagai orangtua? Wallahu’alam.

;;

By :
Free Blog Templates